Sumber : https://pin.it/gDFTSINYj
Di langit ketujuh, di balik tirai kabut keemasan, ada sebuah negeri yang tak tersentuh oleh waktu—Avelora, negeri tanpa senja. Matahari di sana tak pernah tenggelam, menggantung abadi di langit benderang, seolah-olah malam tak pernah memiliki hak untuk singgah.
Orang-orang Avelora menyebut diri mereka Elara, makhluk cahaya yang tak mengenal bayangan. Mereka hidup dalam keteraturan, di bawah aturan yang tak pernah dipertanyakan. Di Avelora, langit selalu biru, dan hati selalu terang—begitu yang selalu dikatakan oleh para tetua.
Namun, tidak semua mempercayai kata-kata itu.
Di antara mereka, ada seorang gadis bernama Lunaris. Ia berbeda dari Elara lain—bukan hanya karena matanya lebih gelap, tapi karena hatinya dipenuhi pertanyaan yang tak terjawab. Ia sering berdiri di ujung menara kristal, menatap ke arah cakrawala yang tak berubah, bertanya-tanya…
"Bagaimana rasanya melihat bintang?"
Tak ada yang bisa menjawabnya, karena di Avelora, bintang hanyalah dongeng lama, sesuatu yang telah dilupakan sejak waktu diciptakan.
Hingga suatu hari, sesuatu terjadi.
Sebuah celah muncul di langit. Hanya sekejap—tak lebih dari kedipan mata—tapi Lunaris melihatnya. Dalam celah itu, ada sesuatu yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Warna yang asing, redup dan lembut seperti bisikan.
Itulah pertama kalinya ia melihat senja.
Bab 1: Bayangan yang Hilang
Lunaris tahu, apa yang ia lihat tak seharusnya ada. Namun, di dalam dirinya, ada sesuatu yang bangkit—sebuah rasa yang selama ini tak pernah ia pahami. Rasa rindu pada sesuatu yang belum pernah ia miliki.
Ia mulai mencari jawaban. Namun, semakin dalam ia menggali, semakin banyak pertanyaan yang muncul. Mengapa tak ada yang pernah berbicara tentang malam? Mengapa bintang-bintang hanya ada dalam cerita yang samar?
Saat ia bertanya kepada para tetua, mereka hanya tersenyum dan berkata, "Jangan menapaki jalan yang berbahaya, Lunaris. Langit Avelora telah sempurna. Apa lagi yang kau cari?"
Tapi kata-kata itu justru menguatkan tekadnya.
Malam itu, ia kembali ke menara kristal, menanti keajaiban yang mungkin tak akan datang lagi. Namun, ketika ia hampir putus asa, sesuatu terjadi—bayangan muncul di belakangnya.
"Lunaris…"
Ia berbalik. Sosok itu berdiri di bawah cahaya langit yang tak berubah. Namun ada yang aneh—ia memiliki bayangan.
"Kau…" Lunaris mengerjap. "Siapa kau?"
Pemuda itu tersenyum, matanya gelap seperti lautan tanpa ujung. "Namaku Orion," katanya pelan. "Aku datang dari dunia yang telah kau lupakan."
Dunia yang telah dilupakan?
Lunaris menatapnya tak percaya. Namun, sebelum ia sempat bertanya lebih jauh, Orion mengangkat tangannya.
Dan tiba-tiba, cahaya Avelora meredup. Untuk pertama kalinya dalam sejarah negeri itu, langit yang selalu terang mulai temaram.
Senja kembali.
Bab 2: Kegelapan yang Terlupakan
Orion memberitahu Lunaris sebuah rahasia yang telah lama terkubur: Avelora pernah mengenal malam. Dulu, sebelum aturan ditetapkan, negeri ini memiliki dua wajah—siang dan malam, terang dan gelap, matahari dan bintang.
Tapi kemudian, para tetua takut. Mereka percaya bahwa dalam gelap, tersembunyi sesuatu yang bisa menghancurkan mereka. Maka mereka menghapus malam, mengunci senja dalam penjara waktu, dan menciptakan dunia yang abadi dalam terang.
"Tapi kau berbeda," kata Orion. "Kau adalah satu-satunya yang masih bisa melihat apa yang hilang."
Lunaris menggigit bibirnya. Ia ingin percaya, tapi bagaimana mungkin? Sejak kecil, ia diajarkan bahwa terang adalah satu-satunya kebenaran.
Namun, ketika ia menatap langit yang mulai berubah, hatinya bergetar. Ada sesuatu yang indah dalam kegelapan itu, sesuatu yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata.
"Apa kau ingin melihat bintang?" tanya Orion.
Lunaris terdiam. Namun akhirnya, ia mengangguk.
Dan malam itu, untuk pertama kalinya dalam ribuan tahun, bintang-bintang kembali bersinar di atas langit Avelora.
Bab 3: Negeri yang Lahir Kembali
Namun, cahaya bintang membawa bahaya. Para tetua menyadari perubahan ini, dan mereka tak akan membiarkannya terjadi.
Lunaris dan Orion harus berlari. Mereka mencari jalan menuju batas negeri, tempat di mana langit masih menyimpan rahasia.
"Kita harus membuka gerbang malam," kata Orion.
"Tapi bagaimana?"
"Ada sesuatu yang mereka sembunyikan darimu, Lunaris." Orion menatapnya dalam-dalam. "Kau bukan seperti mereka. Kau adalah bagian dari malam yang mereka coba hapus."
Dan saat kata-kata itu terucap, sesuatu di dalam diri Lunaris terbangun. Ia merasakan sesuatu yang aneh, sesuatu yang selama ini tertidur dalam darahnya.
Ia bukan hanya Elara biasa. Ia adalah anak dari malam dan siang, satu-satunya yang bisa membawa keseimbangan kembali ke dunia.
Namun, pilihan ada di tangannya. Jika ia membuka gerbang malam, ia mungkin akan kehilangan segalanya. Tapi jika ia tidak melakukannya, dunia akan tetap terkunci dalam kebohongan.
Lunaris menutup mata.
Dan dengan satu tarikan napas, ia memanggil malam kembali.
Malam turun ke atas Avelora, perlahan namun pasti. Orang-orang ketakutan, tapi kemudian mereka melihat sesuatu yang telah lama mereka lupakan—cahaya bintang yang menari di atas langit.
Tak ada yang hancur. Tak ada yang berakhir.
Yang ada hanyalah keindahan yang tak pernah mereka kenal sebelumnya.
Dan di bawah sinar bintang pertama, Lunaris tersenyum. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, ia merasa utuh.
Karena dunia tidak hanya terdiri dari terang. Dunia juga membutuhkan gelap, untuk membuat cahayanya lebih berarti.
Epilog
Orion menghilang setelah malam kembali. Namun, Lunaris tahu bahwa suatu hari nanti, mereka akan bertemu lagi.
Dan ketika itu terjadi, ia akan menceritakan kisah tentang negeri yang pernah melupakan malam, dan tentang gadis yang membawa bintang kembali ke langit.
Karena beberapa cerita tidak ditulis di atas kertas.
Beberapa cerita, dituliskan di langit.
— Tamat —
Bagaimana menurutmu? Semoga cerita ini sesuai dengan harapanmu!