Sumber : https://pin.it/5xRaOyEao
Alya adalah siswi SMA yang merasa hidupnya biasa-biasa saja. Prestasinya tidak menonjol, ia tidak terlalu populer, dan mimpinya menjadi seorang penulis sering dianggap remeh oleh teman-temannya. Satu-satunya pelarian Alya adalah membaca buku. Ia menghabiskan waktu berjam-jam di toko buku kecil yang ada di dekat rumahnya, mencari novel yang bisa membawanya ke dunia lain.
Suatu sore, setelah hari yang melelahkan di sekolah, Alya berjalan ke toko buku favoritnya. Namun, ia terkejut saat menemukan toko itu sudah tutup. Saat ia berdiri kebingungan, ia melihat sebuah toko baru di gang kecil yang sebelumnya tidak pernah ia perhatikan. Papan nama toko itu bertuliskan "Cerita dari Dunia Paralel."
Penasaran, Alya masuk. Toko itu terasa berbeda. Cahaya redup, rak-rak buku menjulang tinggi, dan udara di dalamnya terasa sejuk tapi aneh, seperti tempat itu berada di luar waktu. Seorang pria tua berdiri di belakang meja kasir. Wajahnya tenang, tapi matanya memancarkan misteri.
“Selamat datang, Alya,” katanya tanpa diminta.
Alya terkejut. “Bagaimana Anda tahu nama saya?”
“Buku-buku di sini adalah cerita dari kehidupanmu di dunia paralel,” jawab pria itu sambil menunjuk ke salah satu rak.
Dengan ragu, Alya berjalan mendekati rak tersebut. Ia mengambil sebuah buku yang menarik perhatiannya. Sampulnya hitam dengan namanya tertulis besar: "Alya: Penulis Jenius yang Kesepian." Tangan Alya gemetar saat membuka halaman pertama.
Di dalamnya, Alya menemukan kisah hidupnya—tapi bukan seperti yang ia jalani sekarang. Di dunia paralel itu, Alya adalah seorang penulis terkenal. Novel-novelnya menjadi buku terlaris, dan ia hidup di apartemen mewah di kota besar. Semua orang memujanya, dan namanya sering disebut dalam acara penghargaan.
Awalnya, Alya merasa iri dengan dirinya di dunia lain. Tapi, semakin jauh ia membaca, semakin hampa ia rasakan. Alya di dunia paralel itu hidup sendirian. Ia memutuskan hubungan dengan keluarganya karena mereka tidak mendukung mimpinya. Teman-teman lamanya menjauh karena ia terlalu sibuk dengan pekerjaannya.
Halaman terakhir buku itu membuat Alya menangis. Di sana tertulis: “Alya duduk di balkon apartemennya yang luas, memandang lampu kota. Ia memiliki segalanya, tapi ia merasa tidak memiliki apa-apa.”
Alya menutup buku itu dengan perasaan campur aduk. Pria tua itu mendekatinya. “Apa kau ingin bertukar tempat dengan Alya di dunia itu?” tanyanya.
Alya menggeleng. “Tidak. Aku ingin sukses, tapi aku tidak ingin kehilangan orang-orang yang penting dalam hidupku.”
Saat ia keluar dari toko itu, Alya merasa seperti baru bangun dari mimpi. Ketika ia berbalik untuk melihat toko itu lagi, toko itu sudah menghilang.
Sejak hari itu, Alya tidak lagi merasa iri pada kehidupan orang lain atau terbebani oleh ambisi berlebihan. Ia tetap berusaha meraih mimpinya, tetapi kali ini ia melakukannya dengan penuh rasa syukur atas apa yang sudah ia miliki.
Moral: Kesuksesan tidak berarti apa-apa jika kita kehilangan hal-hal yang benar-benar berharga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar