Selasa, 21 Januari 2025

Jejak Joana di Hutan Paralel

Sumber : https://pin.it/5EjRuF5Vc
 

Joana adalah seekor rubah betina yang tinggal di pinggiran hutan tua. Ia terkenal dengan kecerdasannya, tetapi di dalam hati, ia selalu merasa tidak puas dengan hidupnya. Ia sering memandang bintang-bintang di malam hari, bertanya-tanya apakah ada dunia lain di luar dunianya yang kecil.


Suatu malam, ketika bulan purnama bersinar terang, Joana mendengar suara misterius yang memanggil namanya. Suara itu datang dari bagian hutan yang tidak pernah ia jelajahi sebelumnya. Terdorong oleh rasa penasaran, Joana mengikuti suara itu hingga ia tiba di sebuah tempat tersembunyi.


Di sana, ia menemukan sebuah cermin besar yang berdiri di tengah-tengah pohon-pohon tua. Permukaan cermin itu berkilauan seperti air, dan ketika Joana melihat ke dalamnya, ia terkejut. Bayangan di dalam cermin itu adalah dirinya, tetapi tampak lebih anggun dan berwibawa, dengan bulu berwarna emas yang bersinar lembut.


“Siapa kau?” Joana bertanya dengan suara gemetar.


“Aku adalah dirimu di dunia lain, dunia yang penuh keajaiban,” jawab bayangannya. “Sentuh cermin ini, dan aku akan menunjukkanmu seperti apa hidupmu yang seharusnya.”


Joana ragu sejenak, tetapi rasa penasaran mengalahkan ketakutannya. Ia menyentuh permukaan cermin, dan dalam sekejap, ia merasakan tubuhnya ditarik ke dalam pusaran cahaya.


Ketika ia membuka matanya, Joana mendapati dirinya berada di hutan yang berbeda. Pohon-pohonnya menjulang tinggi dengan daun-daun yang bercahaya, dan udara di sekitarnya dipenuhi aroma manis bunga-bunga. Hewan-hewan di hutan itu menyambutnya dengan hormat.


“Selamat datang, Joana,” kata seekor burung hantu besar yang bertengger di salah satu cabang pohon. “Kau adalah penjaga hutan ini, pemimpin yang bijaksana.”


Joana merasa kagum. Di dunia ini, ia memiliki kekuatan untuk memimpin dan dihormati oleh semua hewan. Mereka mengandalkannya untuk menjaga keseimbangan hutan, dan Joana merasa hidupnya akhirnya memiliki tujuan.


Namun, setelah beberapa waktu, Joana mulai merasakan sesuatu yang aneh. Setiap malam, ia mendengar suara tangisan dari bagian hutan yang gelap. Ketika ia bertanya kepada hewan-hewan lain, mereka hanya mengatakan, “Itu adalah bagian dari hutan yang terlarang. Jangan pergi ke sana.”


Rasa penasaran Joana semakin besar. Suatu malam, ia memutuskan untuk pergi ke bagian hutan itu sendiri. Di sana, ia menemukan tempat yang berbeda dari hutan lainnya. Pohon-pohonnya kering, tanahnya tandus, dan hewan-hewan di sana tampak kurus dan lemah.


“Kenapa kalian hidup seperti ini?” tanya Joana kepada seekor kelinci kecil yang tampak lemah.


“Kami tidak tahu,” jawab kelinci itu dengan suara pelan. “Semua keindahan di dunia ini berasal dari energi yang diambil dari bagian hutan ini. Kami harus menanggung penderitaan agar dunia lain tetap indah.”


Joana terkejut. Ia menyadari bahwa dunia sempurna yang ia nikmati datang dengan harga yang besar—penderitaan makhluk-makhluk lain. Ia kembali ke cermin untuk mencari jawaban.


Ketika ia bertanya pada bayangannya di cermin, sosok itu tersenyum tipis. “Inilah dunia yang kau inginkan, bukan? Dunia di mana kau dihormati, tetapi kebahagiaanmu datang dengan mengorbankan yang lain.”


Joana merasa hatinya berat. Ia tidak bisa menikmati hidup seperti itu. “Aku tidak ingin kebahagiaan yang melukai orang lain,” katanya tegas.


“Jika itu keputusanmu, kau bisa kembali ke duniamu,” kata bayangannya. “Tetapi ingat, dunia yang sempurna tidak ada. Kebahagiaan sejati berasal dari apa yang kau lakukan untuk orang lain.”


Joana menyentuh cermin, dan dalam sekejap ia kembali ke hutan asalnya. Hutan itu tidak bercahaya, hewan-hewan tidak memujanya, tetapi Joana merasa lebih bahagia. Ia mulai membantu hewan-hewan di sekitarnya dengan kecerdasannya, memastikan bahwa tidak ada yang merasa terabaikan.


Moral: Kebahagiaan sejati tidak datang dari kesempurnaan, tetapi dari keberanian untuk memilih kebaikan dan keadilan, meskipun itu berarti melepaskan mimpi yang tampak indah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar