Rabu, 29 Januari 2025

Celestial: Perjalanan Tanpa Kembali

 

Gambar dibuat oleh AI


Joana dan Mohan tidak pernah percaya pada keajaiban. Mereka adalah ilmuwan, peneliti di Institut Penelitian Kuantum, yang menghabiskan bertahun-tahun mencoba membuktikan keberadaan dunia paralel dengan logika dan perhitungan.


Mereka tidak menduga bahwa suatu malam, mereka akan membuktikan teori mereka dengan cara yang paling berbahaya: menjadi bagian dari eksperimen itu sendiri.


Gerbang yang Terbuka


Di tengah laboratorium mereka, sebuah portal berbentuk cincin berdiri tegak. Cahaya biru berpendar dari dalamnya, riak-riak energi seperti air yang bergetar. Itu adalah hasil dari eksperimen mereka—sebuah gerbang ke dunia lain.


"Apa yang ada di balik sana?" tanya Mohan, matanya terpaku pada cahaya yang berdenyut.


Joana menggeleng. "Hanya ada satu cara untuk tahu."


Tanpa ragu, ia melangkah ke dalam portal, dan Mohan, meskipun hatinya dipenuhi ketakutan, mengikutinya.


Dunia yang Retak


Mereka jatuh ke dalam kehampaan. Bukan jatuh secara fisik, tetapi seakan-akan tubuh mereka tercerai berai lalu disusun kembali.


Saat mereka membuka mata, dunia di sekitar mereka begitu asing. Langit berwarna abu-abu gelap dengan retakan-retakan cahaya seperti kaca pecah. Bangunan berdiri dalam sudut-sudut yang mustahil, seolah melawan gravitasi.


"Ini bukan dunia yang seharusnya ada," gumam Joana.


Lalu mereka mendengar suara.


"Kalian tidak seharusnya berada di sini."


Seorang pria berdiri di hadapan mereka. Tubuhnya seperti refleksi langit yang retak, matanya berpendar seperti bintang.


"Aku Eryon," katanya. "Dan kalian baru saja masuk ke dalam dunia yang sekarat."


Pilihan yang Tak Terelakkan


Eryon menjelaskan bahwa dunia ini bukan sekadar dunia paralel—ini adalah dunia yang gagal. Sebuah realitas yang seharusnya tidak pernah ada, tapi tetap bertahan di antara kehampaan.


"Dan sekarang kalian terjebak di sini," katanya.


Mohan menelan ludah. "Lalu bagaimana kami keluar?"


Eryon menatap mereka dengan ekspresi muram. "Kalian bisa mencoba kembali. Tapi untuk membuka portal kembali ke dunia asal, ada harga yang harus dibayar."


Joana menatapnya tajam. "Harga seperti apa?"


"Seseorang harus tetap tinggal."


Dunia ini tidak mengizinkan sesuatu pergi tanpa imbalan. Untuk keluar, salah satu dari mereka harus menjadi jangkar yang menahan portal tetap terbuka.


Mohan langsung menggeleng. "Tidak. Pasti ada cara lain."


"Tidak ada," jawab Eryon datar. "Aku tahu, karena aku pernah mencoba. Aku adalah satu-satunya yang tersisa dari kelompokku. Dan aku memilih untuk tetap ada... di sini."


Keputusan Terakhir


Joana dan Mohan berdiri di ambang singularitas—titik di mana dunia ini bertemu dengan dimensi lain. Cahaya berputar di sekitar mereka, energi yang bisa membawa mereka kembali.


Joana menarik napas dalam. "Aku akan tinggal."


Mohan menatapnya ngeri. "Tidak, Joana! Aku tidak bisa meninggalkanmu!"


"Kita tidak punya pilihan, Mohan," katanya pelan. "Kau harus kembali dan memastikan tidak ada orang lain yang masuk ke sini."


Air mata menggenang di mata Mohan. "Tapi bagaimana denganmu?"


Joana tersenyum. "Aku akan menemukan jalan keluar. Atau aku akan menciptakannya sendiri."


Tanpa menunggu jawaban, ia mendorong Mohan ke dalam cahaya. Mohan ingin menolak, tetapi kekuatan portal menariknya masuk.


Dalam sekejap, Joana melihatnya menghilang.


Lalu, dunia di sekitarnya mulai hancur.


Epiloq: Antara Realitas


Mohan terbangun di laboratorium. Portal itu telah padam, dan tidak ada tanda-tanda Joana.


Ia mencoba membukanya kembali. Mencari cara untuk kembali. Tapi dunia itu telah tertutup, seakan-akan tidak pernah ada.


Namun, setiap malam, saat ia menatap langit, ia merasa ada seseorang di luar sana—seseorang yang masih berjuang untuk kembali.


Dan ia berjanji, ia tidak akan menyerah sampai Joana kembali.


TAMAT.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar