Senin, 13 Januari 2025

Kota di Balik Kabut

 

Sumber : Gambar yang dihasilkan AI

Rian dan teman-temannya—Dimas, Fira, dan Lala—mengadakan camping di sebuah hutan yang terkenal dengan legenda mistisnya. Mereka mendengar cerita bahwa ada kota tersembunyi di balik kabut tebal, tapi mereka menganggapnya hanya mitos.

Saat perjalanan pulang, kabut tebal tiba-tiba turun dan menutupi jalan setapak. Mereka mencoba mengikuti rute yang biasa mereka gunakan, tetapi kabut itu seakan mengubah arah mereka. Setelah beberapa jam berjalan, mereka keluar dari kabut dan menemukan sebuah kota kecil yang aneh.

Kota itu sunyi, tidak ada suara kendaraan atau aktivitas biasa. Orang-orang di sana berpakaian seperti dari abad ke-18, dengan gaun panjang dan topi tinggi. Mereka memandang Rian dan teman-temannya dengan tatapan aneh, seolah-olah mereka adalah makhluk asing.

Seorang pria tua menghampiri mereka. “Selamat datang di Kota Asvara,” katanya. “Kalian pasti tersesat di kabut, bukan?”

Rian merasa ada sesuatu yang tidak beres, tapi ia terlalu lelah untuk bertanya. Pria tua itu menawarkan mereka tempat tinggal sementara di rumahnya. Rumah itu nyaman, tetapi Rian merasa udara di kota ini terlalu sunyi, seperti tidak ada burung atau suara angin.

Selama beberapa hari di kota itu, mereka mulai merasa aneh. Penduduk kota memperlakukan mereka dengan baik, tetapi tidak pernah menjawab pertanyaan mereka tentang bagaimana cara keluar. Rian juga menyadari bahwa tidak ada anak-anak di kota itu.

Saat menjelajahi kota sendirian, Rian menemukan sebuah ruang bawah tanah di balik gereja tua. Di sana, ia menemukan buku-buku dan catatan yang menjelaskan asal-usul kota itu. Ternyata, kota ini adalah jebakan dari dunia paralel. Orang-orang yang masuk ke kota ini harus menyerahkan ingatan masa depan mereka. Mereka akan melupakan dunia asal mereka dan hidup selamanya di sini.

Rian langsung kembali ke rumah pria tua itu dan memperingatkan teman-temannya. Mereka mencoba kabur, tetapi penduduk kota mulai mengejar mereka. Kabut tebal kembali muncul, dan mereka harus menemukan jalan keluar sebelum mereka terjebak selamanya.

Setelah perjuangan panjang, mereka berhasil keluar dari kabut dan kembali ke dunia mereka. Namun, pengalaman itu meninggalkan bekas. Mereka menyadari bahwa kebebasan untuk memilih hidup mereka sendiri, meskipun penuh tantangan, jauh lebih berharga daripada kenyamanan palsu.

Moral: Kebebasan untuk memilih, meskipun sulit, adalah hak yang harus kita hargai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar