Bab 1: Hilang dalam Kabut
Malam turun saat mobil yang dikendarai Raka dan Anindya melaju di jalanan berliku. Hanya ada mereka berdua, jauh dari peradaban, mencari jalan pulang setelah perjalanan panjang dari luar kota.
Hingga tiba-tiba—
Brak!
Mobil mereka berhenti mendadak. Asap mengepul dari mesin.
"Kenapa?" tanya Anindya cemas.
Raka mengerutkan kening, melihat jam tangannya. Sudah hampir tengah malam. "Entah… mobilnya mati total."
Mereka turun dan mendapati sesuatu yang aneh. Jalanan yang tadi mereka lalui menghilang.
Di sekeliling mereka, hanya ada hutan lebat, pohon-pohon besar yang berderak pelan seolah berbisik.
"Aku rasa kita tidak di tempat yang sama lagi," bisik Anindya, merasa ada yang mengawasi.
Dan ia benar.
Mereka telah tersesat di Hutan Tanpa Kembali.
Bab 2: Jejak yang Menghilang
Raka mencoba menelepon seseorang—tidak ada sinyal.
Google Maps? Hanya layar kosong.
"Apa mungkin ada rumah penduduk di sekitar sini?" Anindya mencoba tetap rasional, tapi setiap langkah yang mereka ambil membawa mereka kembali ke tempat yang sama.
Lingkaran tanpa akhir.
"Mungkin kita harus tetap di sini sampai pagi," kata Raka, berusaha tetap tenang.
Tapi Anindya menunjuk sesuatu di antara pepohonan. Jejak kaki.
Bukan milik mereka.
Dan itu artinya mereka tidak sendiri di dalam hutan ini.
Bab 3: Bisikan di Kegelapan
Malam semakin larut. Mereka duduk bersandar di sebuah pohon besar, menunggu pagi datang.
Tapi hutan ini tidak mengenal pagi.
Kabut semakin tebal. Suhu turun drastis. Dan di tengah kesunyian, terdengar bisikan samar.
"Pergilah... sebelum terlambat..."
Anindya membelalakkan mata. "Kau dengar itu?"
Raka mengangguk, menggenggam tangan Anindya lebih erat. "Kita harus keluar dari sini."
Mereka bangkit, berjalan lebih dalam, mengikuti jejak kaki yang tadi mereka lihat.
Hingga mereka tiba di depan sebuah pohon raksasa dengan ukiran aneh di batangnya.
Seolah-olah itu adalah pintu menuju sesuatu.
Atau seseorang.
Bab 4: Penjaga Hutan
Saat Raka menyentuh batang pohon itu, suara berat bergema di udara.
"Kenapa kalian datang ke tempat yang seharusnya tidak pernah dikunjungi manusia?"
Dari balik kabut, sosok tinggi dengan mata bersinar keemasan muncul. Tubuhnya diselimuti bayangan, seperti bagian dari hutan itu sendiri.
"Bukan kami yang datang… hutan ini yang membawa kami ke sini!" balas Raka.
Sosok itu menatap mereka lama. Kemudian, ia mengangkat tangannya, dan kabut mulai bergerak—memperlihatkan sesuatu di belakang mereka.
Sebuah jalan.
"Tidak ada yang boleh tinggal di hutan ini lebih dari satu malam," kata sosok itu. "Pergilah, sebelum kalian menjadi bagian dari hutan ini selamanya."
Tanpa menunggu lama, Raka dan Anindya berlari.
Mereka tidak menoleh ke belakang, tidak peduli pada suara-suara yang memanggil nama mereka dari dalam hutan.
Dan begitu mereka keluar…
Hutan di belakang mereka menghilang, seolah tidak pernah ada.
Bab 5: Kembali, Tapi Tidak Sama
Mobil mereka kembali seperti semula. Jalanan yang tadi lenyap kini muncul kembali.
Anindya melirik jam tangannya—hanya selisih beberapa menit sejak mereka pertama kali tersesat.
Tapi mereka tahu mereka telah berada di sana lebih lama dari itu.
Raka menyalakan mesin. Mobil menyala dengan mudah, seolah tidak pernah rusak.
Namun sebelum mereka pergi, Anindya menoleh sekali lagi ke tempat hutan tadi berdiri.
Di sana, di tepi jalan, sosok bermata emas itu masih berdiri.
Ia tersenyum.
Dan kemudian… lenyap dalam kabut.
TAMAT.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar