Senin, 13 Januari 2025

Negeri Kelinci

 
Sumber:https://pin.it/5v2Iid5e6

Lorong Cahaya dan Negeri Kelinci yang Terlupakan


Hari itu, awan putih menggantung rendah di langit biru, dan angin bertiup lembut di sebuah desa kecil. Fia, seorang gadis berusia 10 tahun yang gemar membaca cerita fantasi, sedang berjalan-jalan di taman belakang rumahnya. Taman itu penuh dengan bunga berwarna-warni dan pohon-pohon rindang yang sering menjadi tempat bermainnya.


Ketika sedang mengamati bunga liar di sudut taman, tiba-tiba ia melihat sebuah lubang besar di tanah yang belum pernah ada sebelumnya. Lubang itu tampak dalam, dan dari dalamnya keluar cahaya keemasan samar. Rasa penasaran Fia mengalahkan rasa takutnya. Ia mendekati lubang itu, lalu tanpa sengaja kakinya tergelincir, dan ia jatuh ke dalam lubang.


"Aaaaa!"
Fia terjatuh jauh, tetapi anehnya ia tidak merasa sakit saat mendarat. Sebaliknya, ia merasakan permukaan yang lembut di bawah tubuhnya. Saat membuka mata, ia mendapati dirinya berada di sebuah dunia yang berbeda—langit berwarna pastel, rerumputan lembut seperti kapas, dan bukannya manusia, ia dikelilingi oleh… kelinci! Kelinci berbagai ukuran, warna, dan jenis sedang berkeliaran ke sana kemari. Beberapa kelinci bahkan berjalan tegak dan mengenakan pakaian.


“Di mana aku?” gumam Fia, bingung dan kagum sekaligus.


Sebelum ia sempat berpikir lebih jauh, seekor kelinci putih kecil dengan topi ungu menghampirinya. “Hei, kamu bukan dari sini, kan?” tanya kelinci itu dengan suara lembut. Fia terperangah. Seekor kelinci berbicara padanya!


“I-Iya, aku jatuh ke sini dari taman belakang rumahku,” jawab Fia terbata-bata. “Ini tempat apa?”


“Selamat datang di Bunnytropolis, dunia kelinci. Manusia jarang sekali bisa masuk ke sini. Kamu pasti terjebak di antara portal dunia,” kata kelinci itu sambil memandangi Fia dengan rasa ingin tahu. “Oh, aku Lino, penjaga portal di sini.”


Fia masih bingung, tetapi sebelum ia bisa bertanya lebih lanjut, suasana tiba-tiba berubah. Langit yang tadinya cerah perlahan menjadi gelap. Angin dingin berembus, dan kelinci-kelinci lain terlihat ketakutan.


“Apa yang terjadi?” tanya Fia, mulai merasa cemas.
“Kita dalam bahaya. Bayangan gelap akan datang. Mereka adalah makhluk yang ingin merebut portal dunia ini dan menghancurkannya,” jelas Lino dengan nada serius. “Kalau portal dihancurkan, kamu akan terjebak di sini selamanya, dan dunia kami akan kacau.”


Fia merasa takut, tetapi ia juga tahu bahwa ia tidak bisa hanya diam saja. “Apa yang bisa aku lakukan untuk membantu?” tanyanya.
Lino menatap Fia dengan serius. “Hanya seorang manusia yang bisa menutup portal dengan bantuan Batu Kehidupan. Tapi batu itu berada di Puncak Emas, dan perjalanan ke sana sangat berbahaya.”


Tanpa ragu, Fia berkata, “Aku akan pergi. Aku tidak bisa tinggal di sini selamanya. Aku ingin pulang.”

---
Perjalanan ke Puncak Emas


Lino mengantar Fia keluar dari kota kelinci menuju hutan luas yang penuh dengan pohon-pohon aneh berbentuk seperti wortel raksasa. Sepanjang perjalanan, mereka bertemu dengan kelinci-kelinci lain yang memberikan bekal dan semangat. Meski takut, Fia merasa harus menyelesaikan misi ini.


Setelah berjam-jam berjalan, mereka tiba di kaki Puncak Emas. Gunung itu berkilauan di bawah cahaya redup dari langit. Namun, di puncaknya, bayangan gelap tampak mengelilingi Batu Kehidupan.


“Kita harus cepat sebelum mereka menghancurkan batu itu,” kata Lino.


Dengan tekad kuat, Fia mulai mendaki gunung. Medannya licin dan terjal, tetapi ia terus maju, dibantu oleh Lino dan beberapa kelinci pemberani lainnya. Saat mereka hampir mencapai puncak, bayangan gelap menyerang. Mereka tampak seperti kabut hitam yang mencoba menghalangi langkah Fia.


Fia mengingat semua cerita fantasi yang pernah dibacanya. Dalam cerita, keberanian dan ketulusan hati selalu menjadi kunci untuk mengalahkan kegelapan. Ia menggenggam sebuah kalung kecil yang diberikan ibunya sebelum ia pergi bermain di taman tadi pagi. Kalung itu adalah pemberian neneknya, berbentuk hati dengan batu kecil berwarna biru di tengahnya.


Dengan seluruh keberanian yang dimilikinya, Fia mengangkat kalung itu ke udara. Cahaya biru terang memancar dari batu kalung tersebut, menembus bayangan gelap dan membuat mereka menghilang. Batu Kehidupan mulai bersinar terang, dan portal perlahan terbuka di hadapan Fia.


“Kamu berhasil!” seru Lino dengan gembira. “Sekarang kamu bisa pulang.”


Fia tersenyum lega, meski ia merasa berat meninggalkan dunia kelinci yang penuh keajaiban. “Terima kasih, Lino. Aku tidak akan pernah melupakan kalian.”


Fia melangkah menuju portal, dan dalam sekejap, ia kembali berada di taman belakang rumahnya. Langit kembali cerah, dan semuanya tampak normal. Namun, Fia tahu bahwa apa yang baru saja ia alami bukanlah mimpi.

Sumber:https://www.instagram.com/p/DEYRqF-zl5Q/?igsh=eTdlbXUwOXkyc2hj


---
Penutup


Sejak hari itu, Fia sering kembali ke taman, berharap bisa menemukan pintu menuju Bunnytropolis lagi. Meski ia belum pernah menemukannya lagi, ia selalu percaya bahwa di suatu tempat, ada dunia lain yang penuh dengan keajaiban, menunggu untuk dijelajahi.
Tamat.

---
Bagaimana? Apakah cerita ini sesuai dengan harapanmu? Jika ingin ada tambahan atau perubahan, saya bisa mengembangkannya lebih lanjut!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar