Bab 1: Kejatuhan Seorang Jenius
Kota Serayacorp berdiri megah dengan gedung-gedung pencakar langitnya yang berkilauan. Sebuah pusat teknologi yang dikendalikan oleh para superhero dan pemerintah korporat.
Tapi di balik kemewahan itu, tersembunyi sesuatu yang busuk—sebuah sistem yang hanya berpihak pada mereka yang berkuasa.
Di sinilah kisah Ratu Ajeng dimulai.
Sebelum dunia mengenalnya sebagai musuh nomor satu, ia adalah Dr. Ajeng Putri Wijaya, seorang ilmuwan jenius yang menciptakan NeuroCore, sebuah sistem kecerdasan buatan yang dirancang untuk membantu para pahlawan menjaga ketertiban.
Ia percaya bahwa ilmu pengetahuan bisa menyelamatkan dunia.
Tapi dunia tidak percaya padanya.
Ketika sebuah eksperimen rahasia meledak, menewaskan ratusan orang, Ajeng dijebak. Teknologinya disalahgunakan, perusahaannya mengkhianatinya, dan para superhero yang ia bantu membiarkannya jatuh.
Dianggap sebagai ancaman, ia dipecat, dikejar, dan hampir dibunuh.
Tapi ia tidak mati.
Ia bangkit kembali—bukan sebagai Ajeng, melainkan sebagai Ratu Ajeng, pemimpin revolusi yang akan menghancurkan dunia yang telah menghancurkannya.
---
Bab 2: Kelahiran Sang Ratu Kegelapan
Selama tiga tahun, Ajeng menghilang dari radar. Semua orang mengira ia telah mati.
Namun, pada suatu malam, menara pusat data kota hancur dalam ledakan besar.
Dari reruntuhan, seorang wanita muncul, mengenakan setelan tempur hitam pekat yang dirancang dengan teknologi canggih. Helmnya tanpa ekspresi, hanya dua mata merah yang menyala seperti iblis.
Ia bukan lagi ilmuwan.
Ia adalah dewa penghancur.
Dan kota ini akan belajar untuk takut padanya.
---
Bab 3: Perang Melawan Para Pahlawan
Pemerintah mengirimkan tim superhero terbaik untuk menangkapnya.
Pertarungan pertama terjadi di jembatan utama Serayacorp.
Di hadapannya berdiri lima pahlawan terkuat di kota, siap menghentikannya.
Tapi mereka tidak tahu bahwa Ratu Ajeng sudah mempelajari setiap kelemahan mereka.
Dengan satu perintah, armor Silverhawk dinonaktifkan, membuatnya jatuh dari langit.
Miracle, si telepatis, dihancurkan dengan gelombang NeuroCore yang membuatnya melihat mimpi buruknya sendiri.
Titanium, sang ikon keadilan, mencoba menyerang—tapi Ajeng sudah tahu cara mengalahkan teknologi yang pernah ia ciptakan sendiri.
Dalam hitungan menit, para pahlawan tumbang.
Malam itu, dunia menyadari bahwa tidak ada yang bisa menghentikan Ratu Ajeng.
---
Bab 4: Musuh atau Pahlawan?
Di mata pemerintah, ia adalah teroris.
Tapi di mata rakyat yang tertindas, ia adalah pahlawan yang sesungguhnya.
Ia membongkar korupsi para penguasa, membocorkan rahasia gelap para superhero, dan mengungkap bahwa kota ini dikendalikan oleh segelintir orang yang haus kekuasaan.
Orang-orang mulai bangkit.
Mereka mulai bertanya: Siapa sebenarnya penjahat dalam cerita ini?
---
Bab 5: Kebenaran yang Pahit
Namun, ada satu orang yang masih percaya bahwa Ajeng bisa diselamatkan.
Raka, mantan rekannya di Serayacorp.
Ia mencari Ajeng, menemukannya di sebuah laboratorium bawah tanah.
“Apa kau benar-benar ingin menghancurkan semuanya?” tanya Raka.
Ajeng tersenyum kecil. “Bukan menghancurkan. Hanya menyeimbangkan.”
“Tapi ini bukan keadilan, Ajeng. Ini pembalasan dendam.”
Ajeng menatapnya lama. “Lalu apa yang kau sebut keadilan? Membiarkan orang-orang ini terus berkuasa?”
Raka terdiam.
Karena jauh di dalam hatinya, ia tahu Ajeng tidak sepenuhnya salah.
---
Bab 6: Akhir atau Awal?
Pemerintah tidak bisa lagi menunggu.
Mereka melancarkan serangan besar-besaran untuk menghancurkan Ajeng.
Rudal dijatuhkan. Robot-robot perang dikerahkan.
Tapi sebelum ledakan menelannya, Ajeng mengirimkan satu pesan terakhir ke seluruh sistem kota:
“Aku bukan monster. Aku hanyalah refleksi dari dunia yang kalian ciptakan.”
Dan dalam ledakan besar, ia menghilang.
Tak ada yang tahu apakah Ratu Ajeng benar-benar telah mati.
Tapi satu hal pasti—namanya tidak akan pernah dilupakan.
Karena di dunia yang penuh dengan kepals
uan, kadang keadilan hanya bisa diperjuangkan oleh seseorang yang dianggap sebagai musuh.
TAMAT… ATAU AWAL DARI ERA BARU?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar